Saturday, September 10, 2011

Menunggu



Pendaratan kapal angkasa di lautan di layar perak 
Situasi yang sangat dramatik
Saya berenang ke panggung teater
Atau mungkin saya hanya bermimpi
Seperti layang - layang di siang hari
Terpesona, mencuri nafasku
Sonata yang sepi untuk Mercury
Bintang - bintang menyanyi dengan sangat indah

Dan mata saya tidak pernah sebesar ini
Epal raspberry sungai yang biru
Saya tidak mahu pergi tanpa kamu
Dalam alunan irama
Saya bahagia lemas di dalamnya
Dalam tanah zamrud
Terlalu gelap, saya menggosok mata
Diselubungi dengan keindahan



Kau sedang berbuat apa?

Aku sedang bermain permainan tepuk - tepuk tangan, seperti yang selalu aku lakukan dari dulu.

Seorang diri?

Ya.

Bukankah permainan tepuk - tepuk tangan itu memerlukan dua orang yang saling mengerti untuk menghasilkan permainan yang harmoni, yang membahagiakan tenggelam dalam tepukan dan nyanyian? Bertepuk hanya sebelah tangan tidak akan menghasilkan bunyi. Ianya sama sahaja seperti menepuk angin.

Aku tahu itu. Dulunya aku tidak sendiri. Ada yang menemaniku, menyambut setiap tepukan ku dan kami bermain dengan bahagia sekali.

Sekarang dia di mana?

Dia sudah pergi. Tidak akan lagi terdengar bunyi tepukan diiringi nyanyian.

Kenapa?

Mungkin dia sudah bosan bermain bersamaku. Bermain tepuk - tepuk tangan setiap hari dengan nyanyian dan gerakan yang sama pastinya membosankan bagi sesiapa yang tidak niat, melakukannya secara terpaksa sejak dari awal. Mungkin dia ingin mencuba sesuatu yang baru, yang mungkin lebih membahagiakannya dari ini.

Apa kau tidak mencarinya dan memanggilnya lagi supaya terus bermain bersamamu? Dengan hanya duduk dan menunggu tidak akan membawa kau kepada sang mimpi.

Setiap hari aku ingin bangun dari tempat dudukku dan mengejarnya, mencarinya, namun keberanian tidak ada di sampingku. Aku terlalu takut untuk mengetahui apa yang bakal terjadi. Namun pada saat munculnya keberanian, saat itulah semuanya sudah terlalu lambat. Tetapi setidaknya aku dapat pulang dan berkata " setidaknya aku telah berusaha dan mencuba "

Apakah kamu merinduinya?

Setengah mati.

Apakah kamu menyayanginya?

Seperti mahu mati.

Dia tidak datang mencarimu kembali? Siapa tahu kalau - kalau dia tidak menemukan permainan lain yang lebih membahagiakan?

Itu aku tidak tahu.

Usaha yang datang dari setengah jiwa sahaja tidak cukup untuk menukarkan mimpi menjadi realiti. Sama seperti bermain permainan tepuk - tepuk tangan ini. Bertepuk sebelah tangan sama sahaja seperti menepuk angin. Kosong.


Lalu bagaimana? Kamu akan terus di sini, bertepuk sebelah tangan seorang diri? Tiada bunyi tepukan dan tiada nyanyian?

Aku akan terus di sini, akan terus bertepuk tangan dan bernyanyi seorang diri sehingga ada yang sudi datang menyambut tepukanku, bermain bersamaku, menemaniku dan mungkin menemukan lagu yang baru supaya tidak bosan bermain lagu yang sama setiap harinya. Yang tidak kenal erti putus asa bermain bersamaku. Mengejarku.


Kau tahu kau terlihat seperti orang gila?

Tidak mengapa. Saat ini aku memang gila.



Perkelahan ini pastinya akan berakhir
Realitinya, saya sedih melihat kamu pergi
Saya merindui kamu sepenuh hati
Tetapi saya lebih memilih untuk sendiri kamu lebih memilih untuk sendiri
Kerana saya tidak dapat hidup tanpa matahari yang bersinar lewat petang
Jadi saya menarik sauh ke atas
Dan selanjutnya pasti akan datang
Kerana mimpi tidak menjadi debu


* Kata - kata italic merupakan direct translation dari lagu Owl City - Dreams Don't Turn To Dust. Translation menggunakan Kamus Mia, jadi kalau ada salah alih bahasa, instead of ketawa, adalah lebih baik ditegur dan dibetulkan kerana lagu Owl City memang pelik dan sangat puitis sampai aku pun tak paham. Lagu tu suppose to be a happy song, tapi entah kenapa bila da translate, jadi macam tak happy plak.

1 comment:

rowena ridzuan said...

Aku pernah beritahu kau dulu banyak karya indah lahir dek gelojak jiwa yang parah.

Ini salah satu buktinya.